Senin, 01 Maret 2010

beranda

......................

IKAN MAS

Prospek cerah Ikan mas “KEBUL”
1 Maret 2010

Ikan mas kebul ini ternyata memiliki pasar yang prospektif. Tak pernah ada kata rugi dalam membudidayakannya. Bang zen

Ada gula, ada semut. Begitulah gambaran bisnis ikan mas balita yang dijalankan Rosyid Dahlan, mantan Account Officer Bank Rakyat Indonesia cabang Cianjur, Jawa Barat. Dikatakan begitu, semula ikan mas balita cuma dibudidayakan, di Cianjur khususnya, secara sambil lalu. Mendadak, boleh dikata begitu, dibudidayakan secara intensif. Hal ini, ternyata dipicu oleh banyaknya permintaan dari kalangan berduit di Jakarta.

“Orang-orang Jakarta kalangan atas justru lebih menyukai ikan mas balita dibandingkan ikan mas dengan ukuran pada umumnya. Dengan digoreng garing, ikan-ikan seukuran jari tangan orang dewasa ini, akan terasa renyah dan gurih saat dimakan. Bahkan, beberapa orang menjadikannya sebagai teman minum teh atau kopi,” jelasnya. Sekadar informasi, ikan mas balita ini, karena ukurannya yang mungil, hanya dapat dikonsumsi dengan cara digoreng.

Apa sih ikan mas balita? “Ikan mas balita merupakan nama dagang yang diberikan oleh sebuah perusahaan katering di Bogor, terhadap ikan mas yang saat dipanen baru berumur sebulan. Sebenarnya, istilah ini mengacu kepada ikan-ikan tersebut setelah mereka diolah atau digoreng. Produsen lain mengistilahkannya ikan laleutik (Sunda: ikan kecil-kecil, red.), ikan baby, dan sebagainya. Sedangkan dalam pembudidayaan ikan mas, ia diistilahkan putihan,” katanya. Sekadar informasi, dalam pembudidayaan ikan yang berwarna kuning keemasan ini, terdapat tiga tahapan yang harus dilalui, yang dimulai dari penetasan dan diakhiri dengan pemanenan. Ketiga tahapan itu diistilahkan burayak, gabar, dan putihan. “Serah, itu istilah Cianjurnya,” imbuhnya.

Dari segi bisnis, Rosyid melanjutkan, mengembangbiakkan ikan mas balita lebih berisiko dibandingkan membudidayakan ikan mas dalam ukuran normal, yang jelas-jelas lebih menguntungkan. Tapi, bila petani ikan mas tidak mempunyai lahan yang cukup besar, budidaya ikan mas balita tentu saja lebih prospektif, apalagi untuk kondisi saat ini. “Untuk membesarkan ikan mas hingga seberat ¼ kg saja, dibutuhkan lahan yang sangat besar. Jadi, bayangkan berapa luas empang yang harus kita miliki, jika kita menebar satu liter benih ikan mas, padahal dalam satu liter itu terdapat 2.000 benih,” ujarnya. Sekadar informasi, satu liter benih ikan mas dijual dengan harga Rp50 ribu.

Budidaya ikan mas balita, khususnya, juga sangat tergantung pada kondisi lokasi pembudidayaan. “Ikan mas balita bagus dikembangbiakkan di daerah yang memiliki kondisi alam dan cuaca seperti Cianjur, misalnya di Ciganjur atau Depok,” katanya. Di samping itu, sebelum budidaya dilakukan, kita juga harus memiliki empang yang benar-benar terpelihara. “Caranya, keringkan empang terlebih dulu selama minimal lima hari. Setelah itu, kawinkan ikan mas betina dengan pejantan dalam empang tersebut. Usai perkawinan, di hari yang sama, ikan mas betina akan bertelur. Tiga hari kemudian, telur-telur ini akan menetas. 12 hari berikutnya, ikan-ikan ini sudah dapat dipanen dan dijual. Jadi total waktu yang dibutuhkan dalam budidaya ini hanya 20 hari,” ungkapnya. Usai dipanen, empang harus dibersihkan lagi. Jika kurang subur, bisa diberi pupuk.

Dari setiap liter benih yang ditebarkankan dihasilkan 30 kg ikan mas balita. Tapi, hasilnya tidak selalu sebesar itu karena banyak faktor, misalnya penyakit, benih dimakan binatang lain, air yang terkena polusi, atau cuaca yang kurang mendukung. “Musim kemarau bagus untuk mengembangbiakkan ikan, sedangkan musim penghujan akan menghambat pertumbuhan ikan,” jelas pria yang mulai serius berbisnis budidaya ikan sejak tahun 2000 ini. Di sisi lain, ikan mas balita juga dapat dibudidayakan di sawah (minapadi, red.). Tapi, karena dilakukan secara tradisional atau alakadarnya dan disambi menunggu benih padi siap tanam, maka hanya akan dihasilkan 20 kg untuk setiap satu liter benih yang ditebarkan.

Dalam pemasarannya, di tingkat petani, ikan-ikan imut ini dijual dengan harga Rp16 ribu hingga Rp17 ribu per kilogram, maksimal Rp20 ribu/kg. Sedangkan setiap kilonya berisi sekitar 200 ekor. “Saya panen sebulan sekali sebanyak 50 kg, sedangkan setiap minggu saya harus memasok 4 kuintal ke sebuah perusahaan katering di Bogor, sehingga saya harus mengumpulkan sisanya ke para petani ikan balita setempat. Bahkan jika bulan puasa tiba, saya harus memasok sekitar 3 kuintal per tiga kali seminggu,” kata pemilik sembilan empang dengan total luas hampir 2 ha, yang tersebar di Kampung Kopo, Kampung Joglo, dan Kampung Bojongrenget, yang semuanya terletak di Cianjur. Setelah diolah (digoreng dan dikemas, red.), ikan-ikan ini dijual ke konsumen dengan harga Rp55 ribu per ¼ kg.

“Bisnis (budidaya) ikan itu tidak merugikan. Bahkan, kadangkala mendatangkan untung besar, meski tak jarang hanya untung kecil yang bisa diraup, tapi tidak pernah merugi, sepanjang sudah memiliki atau mengetahui pasarnya,” ucap Rosyid. Anda tertarik? Silahkan lihat boks.

Analisa Usaha Ikan Mas Balita (dalam 1 periode)
Jika Anda berminat berbisnis ikan mas balita, tapi Anda tidak mau direpotkan dengan segala tata aturan pembudidayaannya atau luas lahan Anda terbatas, maka sebaiknya Anda cukup membeli benihnya saja.

Investasi
Benih 2 lt @ Rp50.000,-/lt Rp 100.000,-

Biaya Produksi
Pakan 1 kuintal @ Rp4.000,-/kg Rp 400.000,-
1 tenaga kerja Rp 100.000,- +

Total Rp 600.000,-

Hasil Penjualan (tingkat petani)
60 kg @ Rp20.000,-/kg Rp1.200.000,- -
Laba Kotor Rp 600.000,-

Catatan:
Risiko kematian 15% hingga 20%.
Pembudidayaan ini dilakukan di dalam kolam seluas 1.000 m².
Laba kotor ini merupakan hasil panen ikan mas balita hanya dalam satu kolam. Dengan demikian, semakin banyak kolam yang dimiliki, semakin banyak laba yang diraup.

Jika ingin mengutip/menyebarluaskan artikel ini harap mencantumkan sumbernya.

© 2010 Majalah Pengusaha - Referensi Usaha Anda

IKAN GURAMEH

PELUANG USAHA PEMBESARAN IKAN GURAMEH

1. Pendahuluan
Ikan gurami merupakan ikan asli perairan Indonesia yang sudah menyebar ke wilayah Asia Tenggara dan Cina. Merupakan salah satu ikan labirinth dan secara taksonomi termasuk famili Osphronemidae.
Masyarakat Indonesia sudah lama mengenal gurami. Rasa dagingnya yang gurih dan lezat sangat digemari masyarakat. Gurami termasuk salah satu dari 12 komoditas untuk pemenuhan gizi masyarakat.
Ikan gurami adalah salah satu dari 15 komoditas ikan yang ditujukan untuk meningkatkan produksi dan pendapatan petani. yang banyak dikembangkan oleh para petani hal ini dikarenakan permintaan pasar cukup tinggi, pemeliharaan mudah serta harga yang relatif stabil.
2. Prospek Bisnis Gurami
Gurami memiliki prospek menjanjikan untuk dibudidayakan, baik skala kecil maupun besar. Hal itu didukung oleh faktor-faktor berikut :
1. Harga jual gurami lebih tinggi dibandingkan dengan ikan air tawar lainnya, sehingga secara ekonomi relatif lebih menguntungkan
2. Permintaan pasar terhadap guramih cukup tinggi dan masih belum terpenuhi, sehingga peluang pasar masih terbuka lebar
3. Lahan budidaya masih tersedia luas, dapat berupa kolam semen, empang, ataupun waduk. Petani gurami jawa barat lebih banayk menggunakan empang dan waduk. Waduk saguling, jatiluhur, dan cirata, sangat potensial untuk memelihara gurami
4. Data dan informasi tentang budi daya cukup memadai
5. Pakan untuk usaha pembenihan maupun pembesaran gurami tersedia sepanjang tahun.
6. Benih gurami banyak dihasilkan oleh pemerintah melalui Balai Benih Induk (BBI) dan pembudidaya yang khusus menjual benih
CP : Ricky 0856 9909 315 / ricky@ceds.ui.or.id 1
7. Pengangkutan hasil panen gurami tergolong mudah, tetapi harus ditangani secara hati-hati.
2.1. Permintaan Tinggi
Salah satu daerah yang membutuhkan ikan gurami paling tinggi adalah jakarta. Saat ini, pasar di jakarta diperkirakan menyerap gurami konsumsi sebanyak 10-15 ton/hari. Untuk memenuhi pasar gurami di jakarta, para pemasok biasanya berburu ke Parung, Subang, Indramayu, Purwokerto, Tulungagung, dan Kediri. Namun, sejumlah pasokan tersebut sebenarnya belum memenuhi kebutuhan seluruhnya.
Selain untuk memenuhi pasar lokal, ikan gurami juga berpotensi menembus pasar ekspor. Pasar mancanegara yang masih terbuka lebar di antaranya Amerika, Jepang, Malaysia, Singapura, dan Brunai Darussalam. Gurami untuk ekspor harus memenuhi standar mutu yang telah ditetapkan oleh Badan standarisasi nasional.
2.2. Produksi masih kurang
Salah satu sentra gurami di jawa barat adalah di daerah Parung, Bogor. Setiap bulannya, petani gurami di daerah itu mampu memasok gurami konsumsi untuk daerah Jabodetabek dan Banten sebanyak 2-3 ton. Namun akhir-akhir ini produksi menurun akibat peruntukan lahan produksi yang semakin sempit sehingga produksi hanya menjadi 1 ton/bulan.
Produksi gurami yang ada saat ini memang belum dapat memenuhi seluruh kebutuhan masyarakat. Hal ini terbukti dari lebih sedikitnya persediaan ikan gurami di pasaran. Tidak seperti ikan mas dan lele yang jauh lebih mudah ditemui. Harga gurami pun relatif lebih tinggi.
Ada beberapa faktor yang menjadi penyebabnya, antara lain :
1. jumlah peternak yang mengusahakan gurami memang masih sedikit. Para petani lebih suka membudidayakan ikan mas dan lele, terutama lele dumbo.
2. pertumbuhan gurami memang tidak secepat ikan mas dan lele. Karena itu, panennya pun lebih lama.
3. secara alami, pertumbuhan ikan gurami memang lambat. Selain karena kantong makannya lebih kecil, ikan ini tergolong herbivora yang hanya makanprotein nabati. Hal ini berbeda dengan jenis ikan konsumsi lainnya yang memakan protein hewani/karnivora.
Namun, anggapan bahwa gurami tidak dapat segera dipanen sebenarnya pelu diluruskan. Dengan teknik-teknik tertentu, gurami dapat dipacu pertumbuhannya. Salah satunya dengan pemberian pakan yang intensif.
CP : Ricky 0856 9909 315 / ricky@ceds.ui.or.id 2
Pemeliharaan yang intensif memiliki beberapa keuntungan sebagai berikut :
o Pengembangan budi daya ikan gurami akan membuka peluang usaha baru yang diharapkan dapat meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan petani
o Dengan pemeliharaan secara intensif akan diperoleh gurami konsumsi yang lebih banyak. Hal ini tentu kana meningkatkan pendapatan petani
o Intensifikasi usaha pembesaran gurami diharapkan dapat meningkatkan usaha pembenihan dan pendederan benih, serta pemeliharaan induk.
2.3. harga stabil
Harga ikan gurami dari tahun ke tahun tetap stabil, bahkan menunjukan kenaikan yang berarti. Harga gurami yang relatif tinggi ini terutama disebabkan oleh permintaan pasar tinggi, sedangkan produksi masih rendah. Celah pasar itulah yang membuat harga gurami konsumsi bertahan di angka Rp. 20.000 – Rp. 25.000 per kilogram sejak tahun 2000. harga gurami ditingkat petani Parung, Bogor Rp 20.000p/kg. Sementara itu harga di jawa tengah dan jawa timur Rp. 17.000 -18.000/kg. Harga itu oleh berbagai pengamat diperkirakan bertahan hingga 2-3 tahun ke depan.
Harga gurami di pasar umum (bukan petani) bervariasi dan fluktuatif, tetapi tidak begitu kentara perbedaannya. Kalau di wilayah Parung, Bogor, harga daging gurami per kilonya Rp. 20.000, di Ciamis berkisar Rp. 22.000 – Rp. 23.000. Namun, jika harga sekilo gurami di pasar parung, mencapai Rp 25.000, di Pasar Ciamis dapat mencapai Rp. 27.000 – Rp. 28.000.
2.4. Segmen Usaha Budi Daya Gurami
Usaha budi daya gurami dapat dibagi menjadi empat segmen usaha diantaranya :
1. Pembenihan
2. Pendederan
3. Pembesaran
4. Distribusi/pemasaran
Pembagian segmen usaha ini akan memacu para investor untuk menanamkan modalnya. Artinya, mereka tidak perlu khawatir tentang lamanya pengembalian modal akibat pertumbuhan gurami yang cenderung lambat. Mereka dapat memilih salah satu segmen usaha yang dianggap lebih menguntungkan. CP : Ricky 0856 9909 315 / ricky@ceds.ui.or.id 3
Dalam pembagian segemn tersebut, kami memilih segmen usaha pembesaran. Kegiatan pembesaran merupakan lanjutan dari pendederan. Benih dari pendederan akan dibesarkan hingga mencapai ukuran konsumsi dengan bobot rata-rata 500gr/ekor. Namun,penentuan ukuran panen pembesaran gurami juga disesuaikan dengan permintaan konsumen. Ada juga konsumen yang meminta gurami ukuran diatas 1 kg/ekor.
3. Mengenal Gurami
4. Persiapan Budi Daya gurami
5. Pembesaran Gurami
6. Tantangan dan Solusi Usaha Pembesaran Gurami
7. Analisa Usaha Pembesaran Gurami
Pembesaran bertujuan membesarkan benih ukuran bungkus rokok (10-12 cm) menjadi gurami ukuran konsumsi (1-2 ekor/kg).
Asumsi yang digunakan dalam usaha pembesaran sebagai berikut :
1. Modal milik sendiri
2. sebanyak 5 empang dengan luas @ 100m2
3. benih yang disebarkan sebanyak 4000 ekor
4. jumlah tenaga kerja 1 orang
5. Analisa usaha dihitung selama satu periode pembesaran ( 6 bulan)
6. perkiraan kematian dan kehilangan sebesar 15%
7. harga beli benih ukuran bungkus rokok Rp.3.500/ekor
8. harga jual ke pengepul Rp.19.000/kg
9. berat rata-rata tiap ekor saat dijual 0,7kg
A. Biaya Investasi
no.
nama
total
CP : Ricky 0856 9909 315 / ricky@ceds.ui.or.id 4
1
sewa 6 buah empang 1 tahun
3,000,000
2
Peralatan
100,000
3
Gubuk untuk penjaga
1,500,000
4
Persiapan empang
500,000
TOTAL
5,100,000
B. Biaya Operasional
no.
nama
quantity
satuan
harga satuan
total
Biaya awal operasi
1
Gurameh ukuran bungkus rokok
4000
ekor
3,500
14,000,000
2
pupuk kandang untuk persiapan empang (tiap empang 5 karung)
25
karung
15,000
375,000
Biaya Operasi berjalan
1
Upah pekerja (memberi makan + menjaga)
6
bulan
700,000
4,200,000
2
pupuk kandang (3 karung tiap empang)
15
karung
15,000
225,000
3
pelet ukuran 30kg ( 6 bulan * 5 karung)
30
karung
120,000
3,600,000
4
garam ukuran 50kg
1
karung
30,000
30,000
5
vita-L ( 6 bulan * 5 bungkus)
30
bungkus
12,000
360,000
6
Bio-L ( 6 bulan * 5 bungkus)
30
bungkus
15,000
450,000
7
Beli pakan alami (singkong+daun sente)
300,000
TOTAL
23,540,000
Total biaya = biaya investasi + biaya operasional = 28,640,000
C. Penerimaan Penjualan
Penjualan 4000 ekor x 85% x 0.7 kg x Rp. 19.000/kg = 45,220,000
D. Pendapatan
Penerimaan - total biaya operasional = Rp. 21,680,000
pendapatan bersih perbulan = Rp. 3,613,333
CP : Ricky 0856 9909 315 / ricky@ceds.ui.or.id 5
E. Return Cost ratio (R/C)
R/C = Total penerimaan / Total biaya = 2
Dengan besar R/C sebesar 2 maka usaha ini sangat layak untuk dilakukan.
8. Pertanyaan Seputat gurami
CP : Ricky 0856 9909 315 / ricky@ceds.ui.or.id